Matarakyat24.com-Di era digital, setiap klik, unggahan, dan komentar yang dilakukan anak akan meninggalkan jejak digital. Hal ini dipaparkan Hobairi, S.H., M.H., seorang pegiat literasi digital, dalam Forum Diskusi Publik “Ranah Anak Digital.”
Jum’at, 08 Agustus 2025, Hobairi menjelaskan bahwa jejak digital terbagi dua: aktif dan pasif. Jejak aktif muncul dari aktivitas sadar, seperti mengunggah foto atau menulis status. Sementara jejak pasif terbentuk dari data yang terekam otomatis, seperti lokasi dan riwayat pencarian.
“Jejak digital bisa jadi aset atau beban. Banyak perusahaan menjadikannya tolok ukur dalam menilai calon pekerja,” ujarnya. Karena itu, jejak digital yang positif bisa membuka peluang, sedangkan jejak negatif justru menjadi hambatan.
Sayangnya, banyak anak belum memahami risiko ini. Data UNICEF 2022 menunjukkan hanya 36% orang tua yang mendampingi anak saat online, sementara APJII 2024 mencatat 79,5% penduduk Indonesia terhubung internet, termasuk 70% anak yang aktif menggunakannya.
Untuk mencegah ancaman seperti perundungan siber, pencurian data, hingga pelecehan seksual daring, Hobairi menekankan pentingnya peran orang tua dalam mendampingi anak. Ia juga membagikan delapan tips keamanan digital, mulai dari penggunaan password kuat hingga rutin memperbarui perangkat lunak.
“Jejak digital adalah portofolio masa depan anak. Mari pastikan yang mereka tinggalkan adalah jejak yang membanggakan, bukan membahayakan,” tutup Hobairi.***