Opini : Bayu Jonida Aprial
Kader HMI Cabang Kabupaten Bandung (Peserta Advance Training LK3 HMI Badko Jawa Barat)
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang begitu cepat berdampak besar bagi kehidupan masyarakat. Dampak yang diberikan akan hal ini justru dapat berakibat bagi kehidupan masyarakat itu sendiri. Kemajuan teknologi dapat memberikan manfaat dan dampak yang buruk juga. Degradasi nilai-nilai keimanan adalah tolak ukur jatuhnya Peradaban dunia, bahkan Indonesia.
Masyarakat adalah tonggak peradaban masa depan umat dan bangsa. Seperti yang telah kita pahami selama ini dari sejarah. Bahwasannya masyarakat telah membuktikan dari fakta sejarah yang ada. Bahwa nilai-nilai keimanan adalah pintu gerbang untuk mencapai peradaban yang damai, terbuka, sejahtera dan berkeadilan.
Gambaran masyarakat yang adil, terbuka, dan seterusnya telah diperankan dengan baik oleh masyarakat klasik islam. Kini, masyarakat modern islam mencoba untuk kembali memerankan keluhuran dan peradaban mereka. Faktanya bahwa masyarakat salaf berada pada zaman yang berdekatan dengan tugas Nabi Muhammad dalam mengemban risalah Islam. Tetapi tugas merealisasikan tatanan kehidupan berperadaban ideal itu akan terus berlangsung. Upaya menghidupkan keadaan di masa klasik islam memang sampai saat ini belum berhasil.
Prinsip-prinsip keadilan dan keterbukaan saling terkait karena kedua-duanya merupakan konsistensi iman dalam dimensi kemanusiaan. Terlihat pula keterkaitan antara nilai-nilai itu dengan demokrasi, yaitu pengaturan tatanan kehidupan atas dasar kemanusiaan, yakni kehendak bersama. Iman kepada Allah menuntut agar segala perkara antar manusia diselesaikan melalui musyawarah, yang dengan sendirinya adalah suatu proses timbal balik antara para pesertanya, dengan hak dan kewajiban yang sama.
Iman Dan Demokrasi
Sejarah islam mencatat bahwa banyak orang muslim pada waktu itu telah banyak bercampur unsur-unsur pandangan. Dalam hal ini bisa tidak murni lagi dan masa klasik itu justru perlahan-lahan tumbuh menjadi semacam terra icognita. Untuk menjadi generasi muda yang bisa melewati masa tantangan era globalisasi dan tahan akan tantangan zaman kedepannya harus belajar dari sejarah yang. Seperti sejarah perjuangan Nabi Muhammad, khalifah yang bijaksana, dan lain lain serta bagaimana menjadi pemimpin atau aktor masa depan yang kongkrit.
Iman dan Prinsip Keadilan
Iman dalam demokrasi tidak bisa dipisahkan, karena tampak jelas di berbagai kitab suci, bahwa Tuhan maha adil, dan bagi manusia seharusnya tindakan berperikeadilan adalah tindakan persaksian atas Tuhan itu sendiri.
Rasa keadilan berdasarkan iman harus benar-benar harus menjadi nyata bagi setiap individu manusia, karena tindakan keadilan yang berdasarkan keimanan berasal dari hati nurani yang paling dalam. Jika tindakan seperti ini sudah mulai minim ada ditengah-tengah masyarakat, bisa mengakibatkan kurangnya rasa keadilan untuk umat dan bangsa.
Iman dan Keterbukaan.
Beriman kepada Allah menumbuhkan rasa aman dan kesadaran mengemban amanat ilahi itu, yakni menyatakan diri keluar dalam sikap-sikap terbuka, percaya kepada diri sendiri karena bersandar hanya kepada Tuhan itu sendiri. Lebih dari itu sikap terbuka kepada sesama manusia, dalam kedalaman jiwa yang saling menghargai haruslah tidak terlepas dari sikap kritis. Sikap kritis yang mendasari keterbukaan itu merupakan konsistensi iman yang sangat penting, karena merupakan kelanjutan sikap pemutlakan yang ditujukan hanya kepada tuhan, dan penisbian segala sesuatu selain Tuhan.
Seseorang hendaknya mengikuti sesuatu hanya bila ia memahaminya melalui metode ilmu (kritis), dan bahkan dalam hal ajaran-ajaran suci seperti agama hendaknya ia tidak menerimanya.