Matarakyat24.com, Lampung – Kementerian Kebudayaan bersama DPR RI dan para akademisi menggelar Seminar Literasi Sejarah Indonesia di Lampung pada Jumat (14/11). Kegiatan ini menyoroti menurunnya minat generasi muda terhadap sejarah serta pentingnya memanfaatkan teknologi digital untuk menghidupkan kembali kesadaran sejarah bangsa.
Anggota Komisi X DPR RI, Dr. H. Muhammad Kadafi, menegaskan bahwa rendahnya literasi sejarah membuat masyarakat rentan terhadap misinformasi. Ia menyebut hanya 38% siswa SMA di Lampung mampu menjelaskan sejarah lokal dengan benar. Karena itu, ia mendorong pemanfaatan arsip digital dan digital storytelling agar sejarah lebih mudah dipahami generasi muda.
Dari Direktorat Sejarah dan Permuseuman, Tirmizi, S.S menambahkan bahwa lebih dari 1.200 hoaks sejarah beredar dalam dua tahun terakhir. Menurutnya, literasi sejarah harus berjalan seiring literasi digital, terutama di Lampung yang memiliki kekayaan sejarah seperti Candi Pugung Raharjo, Batu Bedil, serta jejak Keratuan Buay Tumi.
Akademisi M. Nurhayatun Nufus menekankan pentingnya menghadirkan sejarah melalui format kreatif seperti video pendek, museum virtual, dan komik digital. Ia menyebut generasi muda lebih mengenal tokoh fiksi daripada pahlawan lokal seperti Radin Inten II, sehingga penyajian sejarah harus lebih relevan dengan dunia digital mereka.
Seminar ini ditutup dengan seruan kolaborasi antara pemerintah, sekolah, komunitas, dan pegiat digital untuk memperkuat literasi sejarah Indonesia. Para narasumber sepakat bahwa memahami sejarah bukan hanya mengenang masa lalu, tetapi menjadi fondasi karakter dan identitas bangsa












