Matarakyat24.com, Jakarta – Anggota DPR RI, Rachel Maryam, hadir dalam forum diskusi publik yang membahas isu stunting sebagai salah satu tantangan besar pembangunan sumber daya manusia di Indonesia. Dalam pemaparannya, ia menekankan bahwa hingga tahun 2022, angka stunting di Indonesia masih berada pada kisaran 21,6% menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). Artinya, dari setiap lima anak Indonesia, satu di antaranya mengalami masalah pertumbuhan kronis yang dapat berdampak pada kualitas hidup jangka panjang.
“Stunting bukan sekadar persoalan tinggi badan, tetapi juga berpengaruh pada perkembangan otak, daya tahan tubuh, bahkan produktivitas di masa depan. Jika tidak ditangani serius, hal ini bisa berdampak pada kualitas SDM bangsa secara keseluruhan,” ujar Rachel.
Ia menilai penyebab stunting di Indonesia bersifat kompleks, mulai dari asupan gizi buruk sejak masa kehamilan, keterbatasan akses air bersih, pola asuh yang kurang tepat, hingga rendahnya kesadaran tentang pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Di tengah kondisi tersebut, Rachel menekankan pentingnya literasi digital sebagai sarana edukasi masyarakat.
“Kita hidup di era digital di mana informasi sangat mudah diakses, tetapi tantangannya adalah maraknya hoaks, terutama di bidang kesehatan. Karena itu, literasi digital harus diperkuat agar orang tua dapat memilah informasi kredibel terkait gizi, pola makan, dan tumbuh kembang anak,” tambahnya.
Rachel juga menyoroti perlunya kolaborasi lintas sektor. Menurutnya, program pemerintah seperti Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS), distribusi makanan tambahan, dan kampanye gizi seimbang hanya akan berhasil jika didukung masyarakat secara aktif. Ia menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi, seperti aplikasi digital untuk monitoring tumbuh kembang anak dan pelatihan daring bagi kader posyandu.
Selain itu, ia menyinggung soal ketimpangan akses internet di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Sebagai anggota DPR RI di komisi yang membidangi telekomunikasi, Rachel menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur digital, seperti proyek Palapa Ring dan BTS USO, harus dioptimalkan untuk mendukung edukasi gizi dan kesehatan masyarakat.
“Pencegahan stunting sejatinya adalah investasi jangka panjang. Jika target penurunan angka stunting tercapai, maka pada tahun 2045 Indonesia akan memiliki generasi emas yang sehat, cerdas, dan produktif,” tegas Rachel.
Forum diskusi ini diakhiri dengan ajakan Rachel Maryam kepada seluruh lapisan masyarakat untuk menjadikan literasi digital sebagai senjata bersama dalam pencegahan stunting. “Ini bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab kolektif kita semua agar anak-anak Indonesia tumbuh sehat dan siap menjadi generasi unggul masa depan,” pungkasnya.