CUKUPLAH BAGIMU MENGINGAT KEMATIAN

Khazanah

 

Oleh : Syaiful Anwar

Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh 

 

Sudaraku,  hati-hatilah…! Janganlah engkau diperdaya dunia  dan jangan menjadikannya sebagai tempat kediamanmu yang kekal. Jangan terlalu memprioritaskannya. Ia hanyalah sarana bukan tujuan. Makanya,  terlalu bergantung kepadanya adalah kebinasaan dan kerugian. 

 

Hendaklah engkau beramal. Selayaknya engkau berbuat apa yang bisa engkau perbuat. Ibnu Umar berkata: “Janganlah ditunda hingga pagi apa yang bisa engkau kerjakan pada sore hari, begitu juga jangan ditunda sampai sore apa yang bisa engkau kerjakan pada pagi hari”. 

 

Sayang, kita suka menunda-nunda berbuat kebaikan.  

  • „Nanti aja shalat, sebentar lagi, kan masih ada waktu. Tanggung nih, sinetronnya bagus‟. 
  • Ah, nanti aja kalau udah tua saya tobat. Sekarang kan masih muda. Kapan lagi menikmati masa muda? 
  • Dan lain-lain 

 

Tidakkah engkau ingat, bahwa kematian itu adalah hal yang pasti terjadi? Memang, kebanyakan manusia benci dengan kematian. Kalau bisa ia minta hidup 10.000 (sepuluh ribu) tahun, dan disediakan fasilitas kekayaan.  

 

Benarlah apa yang dikatakan oleh Ibnu Umar, “Ada dua hal yang tidak disukai oleh manusia. Pertama, mereka tidak suka kematian padahal kematian itu adalah hal yang terbaik bagi seorang mukmin. Kedua, mereka tidak suka hidup dalam serba kekurangan (miskin), padahal miskin itu akan meringankan hisab.” 

 

Jika engkau membaca perkataan Ibnu Umar, engkau akan berubah pikiran. Sebelum ini engkau menganggap bahwa kemiskinan adalah ketidakadilan Tuhan. Sekarang…engkau akan berkata, “Ya Allah, saya rela menjadi orang miskin. Karena, kemiskinan meringankan hisab. 

Kenapa kemiskinan meringankan hisab? 

 

Kalau orang kaya, hisabnya banyak: Dari mana hartamu kau dapat, dan kemana kau belanjakan? Apakah hartamu dibelanjakan Allah atau kau kikir dengan harta yang kau miliki. 

 

Kalau orang miskin, pertanyaannya yang ringan-ringan: Kamu shalat apa nggak? Jawab orang miskin, “Ya”. Apakah kamu zakat? Ya Allah, bagaimana saya zakat, nggak ada yang mau saya zakatkan. Justru saya yang nerima zakat.” 

 

Saudaraku, ini bukan mengajarkanmu harus hidup dalam kemiskinan. Yang hendak aku pesankan adalah, “engkau harus ridha dengan kemiskinan. Karena di balik kemiskinan – jika engkau taat- Allah akan meringankan hisabmu.” 

 

Cukuplah bagimu, wahai yang miskin dan yang kaya, banyak-banyak mengingat kematian. Engkau seyogyanya mempersiapkan diri untuk menghadapi maut dengan cara bertaubat kepada Allah. Ingatlah, sering-sering mengingat kematian akan melembutkan hati, menumbuhkan kehatihatian. Sehingga, hari-harimu adalah taubat atau berhenti berbuat kezaliman dan berkonsentrasi dalam melaksanakan ketaatan.  

 

Saudaraku,  Syaikh Abdul Aziz Al-Malibari menulis dalam  bukunya Su‟al al-Qabri, bahwa manusia terbagi kepada 2 kelompok: Kelompok pertama, mereka yang memandang realita kehidupan  dunia dan mereka selalu berangan-angan berumur panjang tanpa memikirkan akhir hayatnya. Kelompok kedua, orang yang bijaksana yang menjadikan akhir hayatnya bagian dari perhatiannya, karena mereka sangat memperhatikan tempat kembali mereka dan bagaimana keadaan mereka ketika  meninggalkan dunia ini dengan iman yang masih utuh. Juga mereka sangat memperhatikan apa apa yang akan mereka bawa ketika keluar dari dunia ini. Apa yang akan mereka tinggalkan untuk musuh-musuh mereka, yang balasannya akan mereka terima. Konsep ini harus dimiliki oleh setiap orang, hal ini juga mesti dimiliki oleh para raja (pemimpin) dan penduduk bumi (pembesar) ini karena mereka sering meresahkan perasaan (hati) manusia dan juga sering menakut-nakuti mereka. Manusia meyakini bahwa kehadiran Malaikat Maut adalah suatu hal yang pasti, tidak ada tempat untuk lari dan mustahil untuk menghindarinya 

 

Saudaraku, alkisah, ada seorang raja yang kaya raya. Ia menumpuk-numpuk harta kekayaan itu hanya untuk bersenang-senang dan memenuhi hawa napsunya. Dia juga membangun istana yang sangat megah seperti istana para raja dan para bangsawan yang mempunyai dua buah pintu yang kuat dan selalu tertutup rapat. Dia juga memiliki budakbudak, algojo-algojo, pengawal-pengawal, tentara-tentara dan satpam-satpam yang selalu setia kepadanya. 

 

Dia menyuruh beberapa orang pelayannya untuk memasak masakan yang paling lezat lalu ia mengumpulkan sanak keluarganya, sahabat-sahabatnya untuk makan bersama serta menerima jatah lainnya. Sedangkan ia di atas singgasana kerajaannya sembari bersandar ke sebuah bantal, lalu ia berkata: “Wahai nafsu, sungguh engkau telah mengumpulkan berbagai macam nikmat dunia, maka habiskanlah/makanlah  sepuasmu, sembari harapan berumur panjang dan keuntungan yang banyak.” Belum selesai ia berkata kepada dirinya, tibatiba muncul seorang laki-laki dari luar istana. Ia membawa pakaian yang lusuh/usang dan keranjang seperti pengemis yang meminta makanan, lalu ia mengetuk pintu dengan kuat sehingga istana dan isinya berguncang dengan hebatnya, dan para budak ketakutan. Lalu mereka berlari menuju pintu sambil berteriak, karena terkejut dan membuka pintu. Mereka bertanya: “Wahai tuan apa maksudmu, sehingga engkau lakukan perbuatan yang kurang sopan ini? Sabarlah sehingga kami selesai makan, dan kami akan memberimu kelebihan makanan kami”. Laki-laki itu berkata: “Sampaikan kepada tuanmu, agar ia keluar menemuiku. aku ada utusan penting dengannya”. Mereka berkata: “Tenang tuan, siapa engkau ini sebenarnya, sehingga kami harus menyuruh tuan kami menemuimu?” laki-laki itu berkata: “Sampaikan pesanku padanya”. Maka ketika pesan itu sampai kepada tuan mereka, tuan mereka itu berkata: “Tidak. apakah kalian sudah menghalangi dan mengusirnya?” 

 

Laki-laki itu mengetuk pintu lebih keras daripada semula. Hal ini membuat penghuni istana marah sehingga mereka bangkit sambil mengangkat senjata. Namun, mereka mengurungkan niatnya untuk menyerbu ketika laki-laki tersebut menghardik mereka dengan suara yang menggelegar, “Jangan bergerak! Aku adalah Malaikat Maut”. Mendengar itu mereka menggigil ketakutan. Malaikat berkata: “Sampaikan padanya agar ia mencarikan gantiku. Aku hanya ingin mencabut nyawamu, dan aku tidak datang melainkan untukmu untuk memisahkan antara dirimu dan seluruh kenikmatan yang selama ini engkau tumpuk-tumpuk”. Setelah menarik napas panjang, hartawan itu berkata: “Allah telah melaknat semua harta ini, yang telah melalaikanku untuk mengabdi kepada Tuhanku. Dulu aku meyakini bahwa harta itulah yang akan membelaku. Sedangkan hari ini semuanya menjadi penyesalanku. Aku akan pergi dengan tangan hampa dan semuanya akan menjadi milik musuh-musuhku”. 

 

Satu hal yang menakjubkan, dengan izin Allah hartaharta itu berkata: “Sekarang, kenapa engkau mengutukku? Kutuklah dirimu sendiri, karena Allah telah menjadikan aku dan engkau dari tanah, lalu Allah mentakdirkanku menjadi milikmu, agar engkau bisa menjadikanku sebagai bekal menuju akhirat dengan cara menyedekahkan dan menzakatkan kepada para fakir miskin dan kaum dhu‟afa, juga agar engkau bisa memanfaatkanku untuk membangun mesjid-mesjid dan jembatan-jembatan. Dengan hal itu engkau aku akan menjadi penolongmu di akhirat kelak. 

 

Sedangkan engkau hanya menumpuk-numpukku lalu engkau manfaatkan semaumu, dan engkau tidak mensyukurinya, bahkan engkau mengingkarinya. Sekarang, dengan penuh penyesalan engkau biarkan aku menjadi milik musuhmu. Apakah dosaku sehingga engkau mencerca dan mengutukku?” lalu laki-laki itu jatuh tersungkur di atas singgasananya sebelum dapat menikmati hidangan, malaikat maut mencabut nyawanya. 

 

#Syaiful_Anwar

#Fakultas_Ekonomi

#Universitas_Andalas

#Kampus2_Payakumbuh

#Heart_Laundry

#Cukuplah_Bagimu_Mengingat_Kematian

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *