Khazanah
Oleh : Syaiful Anwar
Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh
Umar bin Khattab pernah menerima utusan negara-negara Arab dengan jubah satu-satunya. Baju tersebut sangat lusuh dan bertambal sulam. Padahal, sebagai pemimin negara, seharusnya mendapat gaji lebih banyak dari Abu Bakar yang menjadi pemimpin sebelumnya. Hal ini disebabkan wilayah pemerintahannya lebih luas daripada saat dipimpin Abu Bakar. Karena wilayah makin luas, tugas dan kewajiban pun lebih meningkat. Namun, ternyata ia hanya digaji sama dengan Abu Bakar.
Penampilan Umar yang berbaju lusuh ketika menerima para pemimpin Arab itu membuat prihatin para sahabatnya. Mereka pun datang menemui Umar dan mengusulkan agar Umar diberi gaji sesuai tanggung jawabnya. Ternyata usulan itu ditolak langsung oleh Umar. Ia justru memarahi orang-orang yang datang membawa usulan tersebut.
“Kenapa kalian memaksaku mendapatkan gaji melebihi kebutuhan? Ketahuilah, mesi baginda Nabi diampunkan dosanya dan dicintai Allah, beliau hidup melarat dan tetap semangat beribadah,” jawab Umar dengan marah.
Para sahabat pun terdiam mendengar kata-kata tersebut. Mereka mengerti bagaimana kekerasaan hati Umar, apalagi terhadap hal-hal yang diyakini sebagai prinsipnya hidupnya. Tetapi, para sahabat tak putus asa. Mereka kemudian mendatangi Ali bin Abi Thalib, menantu Nabi Muhammad Saw. yang dikenal kedalaman ilmunya. Para sahabat berharap, mungkin bila disampaikan oleh Ali, Umar lebih sedia mendengarkan usulan mereka. Apalagi, Ali juga dikenal dekat dengan Umar. Setelah bertemu Ali, para sahabat pun mengutarakan maksudnya. Ternyata usaha mereka bertepuk sebelah tangan.
“Aku tak berani,” tolak Ali.
Ali hanya dapat menyarankan mereka untuk menemui Hafsah yang kebetulan ketika itu ada juga Aisyah, istri Nabi Muhammad Saw. yang lebih muda. Keduanya pun menyanggupin permintaan para sahabat Umar tadi. Mereka kemudian berusaha menemui Umar. Setelah beremu Umar, mereka lantas menyampaikan pesan paar sahabatnya tadi.
“Aku ingin menyampaikan sesuatu,” ujar Aisyah.
“Silakan,” sahut Umar.
“Umar, Anda pemimpin negara. Anda mewarisi kekayaan Kaisar Romawi dan Persi. Saat menerima utusan Arab, Anda mengenakan jubah lusuh. Anda perlu mengganti jubah dengan yang baru agar anggun dan berwibawa.”
Aisyah belum rampung bicara, tetapi Umar mendadak menangis. Aisyah dan Hafsah pun khawatir melihat keadaan Umar. “Aku ingin bertanya, pernahkah Nabi Muhammad Saw. merasa kenyang karena roti mewah selama berhari-hari?” tanya Umar.
“Tidak,” jawab Aisyah dan Hafsah.
“Pernahkah Baginda Nabi minta diberi hidangan makanan enak dan pakaian bagus?”
“Tidak.”
“Hai istri Baginda Nabi, kalian tak pernah menyaksikan Baginda Nabi makan enak dan berpakaian mewah. Mengapa kalian mengusulkan agar aku hidup mewah?”
Kisah di atas mengandung hikmah, betapa seharusnya seorang pemimpin masyarakat menjaga kesederhanaan hidup, tidak bermewah-mewah, dan hati-hati menjaga kekuasaan agar tak menyimpang dari upaya mewujudkan kemaslahatan umat. Para kekasih Allah yang menjadi pemimpin umat di segala kehidupan hendaknya meniru bagaimana kesederhanaan Nabi Muhammad Saw dan para sahabat dalam menjalankan kekuasaan serta gaya hidup yang bersahaja dan ala kadarnya.
#Syaiful_Anwar
#Fakultas_Ekonomi
#Universitas_Andalas
#Kampus2_Payakumbuh
#Goresan_Hikmah
#Baju_Lusuh_Sang_Pemimpin