JANGAN DURHAKAI KEDUA  ORANG TUAMU!

Khazanah

Oleh : Syaiful Anwar

Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh 

 

Segala puji bagi Allah yang telah mengatakan dalam  firman-Nya, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan „ah‟ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Israa‟: 23-24). 

 

Saudaraku, sesungguhnya kedurhakaan yang paling besar terhadap Allah di muka bumi ini antara lain adalah menyakiti kedua orang tua. Oleh karena itulah, Allah mengancam akan menimpakan azab yang sangat pedih kepada orang-orang yang menyakiti hati kedua orang tuanya. 

 

Perbuatan tersebut merupakan tindakan kejahatan yang membuat bulu kuduk berdiri, tubuh menggigil, dan kening berkerenyit karena sangat jijik terhadapnya. Bahkan orangorang jahiliyah, orang-orang Yahudi, dan orang-orang Nasrani pun mengecam keras perbuatan tersebut dalam syariatnya masing-masing. 

 

Orang-orang yang beriman pasti akan merinding bulu kuduknya bila di suatu hari melihat seorang anak setelah tumbuh dewasa dan tubuhnya menjadi kuat, lalu dia menyianyiakan hak kedua orang tuanya yang telah menghabiskan usia, masa muda, dan kesenangan hidup keduanya untuk mendidiknya. Keduanya rela kurang tidur di malam hari asalkan anaknya tidur nyenyak, keduanya rela menahan lapar asalkan anaknya mendapat kenyamanan. Tetapi setelah keduanya tua, lemah tubuhnya dan mulai bau tanah dan dekat dengan kematian, tiba-tiba sang anak mengingkari kebaikan keduanya bahkan memperlakukan keduanya dengan sikap yang tidak pantas, hanya Allah yang lebih mengetahui keparahan sikapnya. 

 

Saudaraku, wajarlah kalau Allah dalam firman-Nya menggandengkan sebutan hak-Nya dengan hak kedua orang tua dan menjadikan bagian dari penghambaan diri kepadaNya adalah berbakti kepada kedua orang tua dan bersilaturahmi sebagaimana yang disebutkan oleh firmanNya, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS.Al-Israa‟: 23). 

 

Melalui ayat ini Allah SWT menetapkan, memerintahkan dan mewajibkan bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Dia sendiri. Selain perintah menyembah-Nya, harus ditegakkan pula berbakti  kepada kedua orang tua, memperlakukan keduanya dengan perlakuan yang baik, dan bersilaturahim dengan kaum kerabat yang lain. 

 

Saudaraku, perhatikanlah gambaran yang menakjubkan dari seorang ayah, di saat usianya telah senja, punggungnya terlihat bungkuk, karakternya tidak lagi memiliki kesabaran sedang rambut telah berubah menjadi putih penuh dengan uban. 

 

Dan juga gambaran seorang ibu yang di usia senjanya telah beruban seluruh rambutnya, dekat dengan kematiannya. Kini dia telah kehilangan masa remaja dan masa mudanya yang telah ia habiskan untuik mendidik dan membesarkan anaknya. Akan tetapi setelah anak tumbuh dewasa, punggungnya kuat dan lengannya keras, justru dia menjadi seorang pembangkang, emosional dan bersikap kasar terhadap kedua orang tua yang telah membesarkannya. 

 

Jika salah seorang di antara keduanya atau keduaduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan „ah‟.” (QS. Al-Israa‟: 23). 

 

Bahkan kata-kata „ah‟ yang meskipun dinilai tidak begitu parah menurut pandangan sebagian orang, tidak boleh dilontarkan kepada kedua orang tua. 

 

Saudaraku, demi Allah, katakan sejujurnya kepadaku, manakah yang lebih parah antara kata-kata „ah‟ dengan sikap orang-orang yang mengingkari hak kedua orang tuanya, menyakiti hati keduanya, dan membalas keduanya dengan caci maki, sikap kasar, membangkang, dan memutuskan hubungan dengan keduanya? 

 

Demi Allah, alangkah durhaka sungguh durhaka dan tak tahu belas kasih…seorang anak yang hidup senang di villa atau apartemen yang mewah, mengendarai mobil yang mahal, dan makan hidangan yang lezat-lezat, sementara kedua orang tuanya hidup dalam kemiskinan, kesengsaraan dan penderitaan yang hanya Allah sajalah yang mengetahui keparahannya. Di kemanakankah hati nurani orang seperti ini? Dan apakah ia tidak punya perasaan lagi, sehingga tega membiarkan hal itu terjadi tanpa dipedulikannya? 

 

Saudaraku, di dalam buku sastra dan sejarah diceritkana bahw dahulu pernah ada seorang laki-laki dari daerah pedalaman menghadap kepada Khalifah Abu Bakar sembari bercucuran air matanya. 

 

Sang khalifah kaget dan bertanya, “Kenapa kamu menangis?” 

Lelaki itu menjawab, “Saya mendapat musibah yang lebih parah daripada musibah yang menimpa harta benda seseorang.” 

 

Sang khalifah bertanya, “Musibah apakah yang telah menimpa dirimu?” 

Lelaki pedalaman itu menjawab, “Kupelihara anakku sejak kecil sehingga aku kurang tidur asalkan dia tidur nyenyak, aku buat dia kenyang meskipun aku lapar, dan aku rela kelelahan kenyamanannya. Tetapi setelah dia tumbuh dewasa, sedangkan masa siang dan malam harinya telah memakan usiaku hingga punggungku bungkuk, tiba-tiba dia membalas air susu dengan air tuba kepadaku.” Kemudian lelaki itu menangis, lalu menumpahkan seluruh perasannya sambil berkata, “Kupelihara dia sejak kecil hingga tumbuh dewasa, dan dia tidak memerlukan lagi bantuanku, karena sudah dapat hidup mandiri. Ternyata dia membalas jasaku dengan menganiayaku bahkan berani menekuk tanganku. Semoga Allah Yang Maha Menang balas menekuk tangannya.” 

 

Menurut suatu pendapat menyebutkan bahwa ternyata tidak lama kemudian tangan anaknya itu tertekuk ke belakang hingga berada di balik punggungnya tanpa bisa dikembalikan lagi ke belakang. 

 

Aduhai sungguh mengherankan, bilamana di kalangan kaum Yahudi dan Nasrani ternyata dijumpai sebagian orang yang berhati lembut kepada kedua orang tuanya. Padahal mereka berasal dari keturunan orang-orang yang telah dikutuk menjadi kera dan babi, mereka adalah musuh-musuh Allah, dan mereka adalah orang-orang yang dilaknat oleh Allah dari balik langit yang ketujuh. 

Wahai Para Pemuda Islam, 

Adakah keinginan dalam hati kalian untuk kembali ke jalan Allah yang benar? 

Maukah kalian bersikap rendah hati kepada kedua orang tua kalian? 

Maukah berbakti dan memperlakukan ayah dan ibu kalian dengan perlakuan yang baik dan pantas? 

Seorang laki-laki pernah datang kepada Rasulullah Saw. dan bertanya, “Wahai Rasulullah,  siapakah yang paling 

berhak kuperlakukan dengan baik?” 

Rasulullah menjawab, “Ibumu.” 

Ia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” 

Beliau menjawab, “Ibumu.” 

Ia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” 

Beliau menjawab, “Ibumu.” 

Ia bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?” 

Setelah tiga kali Beliau menjawab, “Ayahmu.” 

 

Seorang ibu mempunyai hak tiga kali lipat dari hak sang ayah, karena sang ibulah yang mengandung, yang menyusui, yang menyelimuti dan yang memberinya kehangatan; semoga Allah membalas kebaikan ayah dan ibu kita dengan balasan yang sebaik-baiknya, memberi mereka minum dari air telaga kautsar-Nya sehingga mereka tidak kehausan lagi selamanya sesudah meminumnya. 

 

Saudaraku, berbaktilah kepada keduanya baik semasa hidup atau pun ketika mereka sudah wafat. Sungguh, Allah akan memberikan bonus kepada mereka yang berbakti kepada kedua orang tuanya: 

  • Allah akan memberi Anda petunjuk ke jalan yang lurus  Allah akan memperbaiki keadaan keturunan Anda. 
  • Dia akan menyuplai Anda dengan pertolongan dari-Nya. 
  • Allah akan memberi Anda rezeki, menjadi orang yang diterima di kalangan orang lain. 
  • Dan Allah akan memberikan bimbingan yang lurus dalam ucapan Anda. 

 

#Syaiful_Anwar

#Fakultas_Ekonomi

#Universitas_Andalas

#Kampus2_Payakumbuh

#Heart_Laundry

#Jangan_Durhakai_Kedua_Orang_Tua

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *