Matarakyat24.com, Jakarta – Forum Diskusi Publik bertajuk “UMKM Digital Perkuat Ekonomi Nasional” yang digelar pada Rabu, 5 November 2025, menghadirkan tiga narasumber dari lintas profesi: Farah Puteri Nahlia (Anggota Komisi I DPR RI), Drs. Gun Gun Siswadi, M.Si. (Praktisi Komunikasi), dan Didi, S.E., Ak., M.Ak., CA., AWM., Cert.IFR., CRMO., AWP. (Pegiat Literasi Digital). Ketiganya menegaskan bahwa digitalisasi UMKM merupakan kunci kebangkitan ekonomi nasional di tengah dinamika global yang semakin kompetitif.
Dalam pemaparannya, Farah Puteri Nahlia menekankan bahwa UMKM adalah penopang utama ekonomi Indonesia. Data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2024 menunjukkan bahwa lebih dari 99,9% unit usaha di Indonesia merupakan UMKM. Kontribusinya mencapai 61% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap 97% tenaga kerja nasional. Di tengah fluktuasi ekonomi global, UMKM terbukti menjadi sektor paling tangguh.
Namun, Farah menyoroti kesenjangan digital yang masih besar. Meski pengguna internet di Indonesia mencapai lebih dari 220 juta orang, hanya sekitar 30% UMKM yang memanfaatkan platform digital secara optimal. Rendahnya literasi digital, minimnya pendampingan teknis, serta keterbatasan infrastruktur menjadi tantangan utama yang menghambat transformasi digital.
Ia menegaskan bahwa digitalisasi bukan sekadar alat bantu, tetapi kebutuhan dasar untuk bertahan. Contohnya terlihat pada masa pandemi, ketika pelaku UMKM yang aktif menggunakan platform digital mampu meningkatkan omzet hingga 26%. Bagi Farah, kunci keberhasilan bukan hanya teknologi, tetapi perubahan mindset, peningkatan literasi digital, dan pembangunan ekosistem yang aman serta inklusif.
Praktisi komunikasi, Drs. Gun Gun Siswadi, M.Si., menegaskan bahwa era digital mengubah perilaku konsumen secara drastis. Dengan pengguna internet mencapai 229,4 juta jiwa pada 2025—mayoritas berada pada usia produktif—pasar digital menjadi ruang strategis bagi UMKM untuk berkembang.
Gun Gun menyoroti berbagai manfaat digitalisasi: efisiensi produksi, akses pasar tanpa batas, promosi murah melalui media sosial, dan kemudahan transaksi via QRIS dan dompet digital. Namun ia mengingatkan bahwa literasi digital menjadi syarat utama agar pelaku usaha mampu memanfaatkan peluang tersebut.
Sebagai praktisi komunikasi, ia menekankan pentingnya brand storytelling. Menurutnya, UMKM yang mampu mengemas nilai budaya, asal-usul produk, dan dampak sosial ke dalam narasi yang kuat akan lebih mudah diterima konsumen. Selain itu, konsistensi komunikasi digital—mulai dari unggahan visual hingga respons terhadap pelanggan—menjadi penentu reputasi sebuah UMKM.
Gun Gun juga mengingatkan pentingnya keamanan siber. Peningkatan kasus penipuan digital hingga 32% pada 2023 menjadi alarm bagi UMKM yang baru masuk ke ekosistem digital. Pemahaman dasar tentang privasi data, verifikasi akun, dan keamanan transaksi harus menjadi bagian dari edukasi digital pelaku usaha.
Pegiat literasi digital, Didi, S.E., Ak., M.Ak., CA., menegaskan bahwa digitalisasi UMKM adalah gerbang menuju masa depan ekonomi Indonesia. Ia memaparkan bahwa 65,4 juta unit UMKM menyumbang lebih dari 61% PDB dan menyerap 97% tenaga kerja, sehingga transformasi digital sektor ini akan berpengaruh langsung pada kesejahteraan rakyat.
Didi menggarisbawahi bahwa digitalisasi membuka banyak peluang baru: akses pasar global, efisiensi biaya, pencatatan keuangan otomatis, hingga personalisasi layanan melalui AI dan analisis data. Namun, tantangan seperti keterampilan digital yang rendah, keterbatasan internet di daerah 3T, serta ketakutan terhadap teknologi masih menjadi kendala besar.
Ia menyoroti upaya pemerintah melalui program UMKM Level Up dan strategi 3GO (Go Modern, Go Digital, Go Online) sebagai tonggak penting percepatan transformasi digital. Namun, program ini harus menjangkau daerah pedesaan, pesisir, dan perbatasan agar digitalisasi tidak hanya dinikmati UMKM di kota besar.
Menurut Didi, literasi digital bukan hanya soal penggunaan aplikasi, tetapi juga berpikir kritis, etika digital, dan kemampuan beradaptasi. Di era digital, UMKM harus memahami keamanan siber, keberlanjutan lingkungan (sustainability digital), serta membangun kolaborasi—misalnya melalui koperasi digital untuk logistik dan promosi bersama.
Ketiga narasumber sepakat bahwa digitalisasi UMKM tidak hanya berperan sebagai strategi pertumbuhan ekonomi, tetapi juga sebagai alat pemerataan ekonomi nasional. Dengan teknologi, UMKM dari berbagai lapisan dan wilayah dapat bersaing secara setara di pasar domestik maupun global.
Namun, keberhasilan transformasi ini membutuhkan ekosistem pendukung yang kuat: infrastruktur internet yang merata, pelatihan dan pendampingan berkelanjutan, peningkatan keamanan digital, serta kebijakan publik yang inklusif dan adaptif. Di atas semua itu, dibutuhkan keberanian pelaku UMKM untuk belajar dan berinovasi.












