Matarakyat24.com — Perairan Pulau Bangka menyimpan berbagai kekayaan hayati, termasuk spesies ikan kecil berwarna merah yang begitu khas: Betta burdigala, atau yang masyarakat kenal sebagai temapalak anggur. Spesies ini merupakan ikan endemik yang hidup di perairan asam berwarna hitam di wilayah hutan rawa gambut, khususnya di Bangka Selatan.
Keunikan warna serta kemampuannya bertahan di kondisi ekstrem menjadikannya salah satu spesies yang bernilai ekologis tinggi.
Fenomena Baru di Habitat Alami
Beberapa tahun terakhir, kawasan rawa yang menjadi habitat ikan ini semakin banyak dikunjungi. Sebagian pengunjung datang untuk mengamati, sebagian lagi untuk mengumpulkan ikan dengan alasan yang beragam.
Di sisi lain, media sosial turut berperan dalam meningkatnya perhatian publik. Unggahan mengenai keindahan ikan ini sering menarik banyak respons, meski belum banyak yang menyoroti pentingnya menjaga populasinya di alam.
Menjaga Keseimbangan Antara Apresiasi dan Konservasi
Beberapa individu dan komunitas menyebut kegiatan pengumpulan ikan sebagai bentuk upaya pelestarian. Namun, diperlukan pemahaman bahwa konservasi tidak hanya berkaitan dengan memelihara ikan secara individu, tetapi juga mencakup menjaga keberlanjutan habitatnya.
Subriyono, salah satu mahasiswa akuakultur UBB yang meneliti ikan tersebut, mengingatkan bahwa dokumentasi dan koleksi tidak bisa menggantikan keberadaan populasi yang sehat di alam.
Rawa yang Mengalami Perubahan
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa habitat Betta burdigala di kawasan holotipe Bikang, Bangka Selatan, mengalami penurunan signifikan. Lebih dari 90% areanya telah berubah dalam dua tahun terakhir akibat faktor lingkungan seperti alih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit, hilangnya habitat.
Perubahan tersebut berdampak pada penurunan keberadaan ikan di alam, sehingga upaya perlindungan habitat menjadi semakin penting.
Konservasi Sebagai Tanggung Jawab Bersama
“Dulu kami datang ke rawa membawa jaring dan alat tulis. Sekarang banyak yang datang membawa ember dan kantong plastik.” Subriyono, Mahasiswa UBB.
Konservasi bukan hanya tentang mengumpulkan spesies dari alam, melainkan menjaga agar ekosistem tetap berfungsi dengan baik. Setiap individu dalam ekosistem memiliki peran, dan hilangnya satu spesies dapat memengaruhi keseimbangan yang lebih luas.
Subriyono menambahkan, “Yang perlu dijaga bukan hanya spesiesnya, tetapi juga rumah tempat ia hidup.”
Membangun Kepedulian Melalui Pengetahuan
Buku Cupang Alam Eksotik Pulau Bangka karya tim UBB (2025) menjadi salah satu referensi penting yang memperkenalkan keanekaragaman hayati Bangka. Melalui publikasi ini, harapannya semakin banyak masyarakat yang memahami pentingnya menjaga habitat alami ikan-ikan endemik.
Upaya pelestarian akan semakin efektif apabila melibatkan berbagai pihak: masyarakat lokal, peneliti, komunitas pecinta ikan, serta pemangku kebijakan. Semangat menjaga alam dapat dimulai dari kesadaran sederhana bahwa keindahan tidak selalu harus dimiliki—cukup dihargai dan dijaga.***













Lucu ya